Mahasiswa IPIEF meraih Predikat Good Paper di AFBE 2018, Thailand

January 19, 2018, oleh: superadmin

[su_dropcap]P[/su_dropcap]huket, Thailand—Sejak didirikan pada tahun 2009, IPIEF telah berusaha untuk membekali para siswanya dengan pengalaman internasional dengan mengirimkannya ke konferensi, lokakarya dan program pertukaran pelajar. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan baru-baru ini dua tim dari mahasiswa IPIEF dalam meraih Good Paper Award di Asian Forum on Business Education (AFBE) ke-21, sebuah konferensi internasional yang setiap tahunnya diselenggarakan di berbagai negara. Tahun ini, sebuah konferensi tahunan diselenggarakan oleh Universitas Thakhsin dan telah berlangsung di Phuket mulai 15-16 Januari 2018. Karena terdapat 8 (delapan) negara, yaitu Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jerman, Prancis, Thailand, Malaysia dan Indonesia, yang berpartisipasi dalam konferensi ini, bisa dikatakan bahwa konferensi semacam itu merupakan acara bergengsi.

Dua tim IPIEF yang mendapatkan Good Paper dalam konferensi ini: Tim pertama terdiri dari Farhan Fabillah (angkatan 2014) dan Resty Tamara Utami (angkatan 2015) yang menulis makalah berjudul “Daya Saing komoditas pertanian Indonesia sebagai Strategi Spesialisasi di ASEAN -5 sampai Pangsa Pasar Dunia dengan menggunakan Metode Keunggulan Komparatif Terungkap dan Metode Pangsa Pasar Konstan “, sedangkan tim kedua yang terdiri dari Adilah Chemat (Batch of 2014) menganalisis return saham di perusahaan perbankan yang tercatat di bursa Thailand. Sementara itu, tim lain yang terdiri dari Hafifah dan Dedy Fahrul Rahman juga mempresentasikan makalah mereka di konferensi ini, dengan memfokuskan studi mereka di Pasar Modal Islam.

Penelitian yang dilakukan oleh tim pertama memiliki tujuan utama untuk menganalisis daya saing komoditas pertanian Indonesia serta empat negara lainnya di ASEAN. Ketika ditanya tentang latar belakang utama yang mendorong mereka untuk menyelidiki secara empiris isu tersebut, Farhan menekankan, dengan mengatakan: “Ada beberapa fakta yang harus dipertimbangkan yang memotivasi kita untuk melakukan penelitian ini, termasuk (1) negara-negara ASEAN pada umumnya memproduksi barang mentah, komoditas sebagai hasil produksi mereka; (2) masalah utama menjadi pasar tunggal; (3) kondisi geografis negara yang sama; (4) Suatu negara akan mengimpor barang yang jika diproduksi di dalam negeri tidak efisien atau kurang menguntungkan dan yang terakhir adalah tentang objek spesialisasi. “

Untuk memenuhi tujuan penelitian yaitu menganalisis potensi daya saing dan untuk mengidentifikasi dan memetakan produk dari masing-masing ASEAN-5 dan untuk mengeksplorasi secara rinci daya saing komoditas di sektor pertanian di ASEAN-5, makalah mereka menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Constant Market Share (CMS). Menjelaskan hasil utama penelitian ini, Farhan mengatakan: “Spesialisasi telah membuat perkembangan ekonomi negara-negara ASEAN berkembang pesat. Umumnya, semua negara ASEAN menghasilkan komoditas alam, dan memiliki pangsa pasar dunia yang luas. Lebih penting lagi, Indonesia memiliki kesempatan yang signifikan untuk meningkatkan pangsa pasarnya ketika AEC telah diimplementasikan di ASEAN dan oleh karena itu nilai daya saing masing-masing komoditas Indonesia menjadi basis bagi Indonesia untuk menjadi aktor utama di AEC. “

Selain itu, Adilah Chemat sebagai tim kedua berusaha untuk menyelidiki secara empiris pengaruh Return on Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM) dan Earning per Share (EPS) terhadap Return Saham dengan menggunakan metodologi yang sama. Penelitian ini menunjukkan bahwa ROA dan EPS berpengaruh signifikan terhadap return saham, variabel lain (NPM) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham di Thailand.

Berlandaskan pada  perspektif ekonomi Islam, paper yang ditulis oleh Hafifah dan Dedy juga berusaha untuk memeriksa apakah sektor moneter (diwakili oleh suku bunga Fed dan harga emas) dan sektor riil seperti yang dapat dilihat dari harga minyak dunia dan kondisi pertumbuhan ekonomi dapat mempengaruhi kinerja Jakarta. Indeks Islam (JII). Dari keempat variabel tersebut, baik pertumbuhan ekonomi maupun harga minyak dunia sebagai proxy dari variabel sektor riil telah terbukti mampu meningkatkan kinerja JII, namun variabel sektor moneter tidak mempengaruhi JII secara signifikan.

Dimas Bagus Wiranatakusuma, SE., M.Ec, Direktur IPIEF sangat mengapresiasi prestasi internasional yang dicapai oleh mahasiswa IPIEF, dengan menekankan: “Kami akan mendukung banyak agenda akademis yang tidak terbatas pada yang dilakukan di tingkat nasional tetapi juga di tingkat internasional karena sesuai dengan visi kami untuk menjadi program Internasional terkemuka mengenai Ekonomi Islam, perbankan dan keuangan di ASEAN. [Aw]