Mahasiswa IPIEF bertukar Pengalaman Berharga dengan Mahasiswa Perancis dan German

December 6, 2017, oleh: superadmin

[su_dropcap]Y[/su_dropcap]ogyakarta—Diskusi akademis antar mahasiswa yang bisa memberikan forum berguna untuk pertukaran gagasan dan pandangan dirasakan semakin krusial. Lebih penting lagi, ketika agenda seperti itu dihadiri tidak hanya oleh orang Indonesia tetapi juga oleh mahasiswa asing, beberapa gagasan konstruktif tentang budaya akademis dari kedua belah pihak mungkin akan dibahas. Dan karenanya, gagasan baru untuk meningkatkan kapasitas intelektual siswa IPIEF tentu akan diterjemahkan dalam karya yang lebih praktis.

Dengan latar belakang itu, Islamic Economics Student Association (IESTAC) menyelenggarakan sebuah forum diskusi pada (4/12) yang telah mengundang dua mahasiswa asing, keduanya adalah Omar El Mesmoudi dari Jerman dan Emre Pinarci dari Prancis. Dalam forum ini, Omar pertama kali menjelaskan tentang program sarjana tentang administrasi bisnis yang telah sesuai dengan Ekonomi pada umumnya. Dia menekankan bahwa: “Di Jerman, Ekonomi adalah bidang studi yang sangat fleksibel terutama bagi mereka yang akan mengikuti gelar Master di bidang lain, seperti Psikologi sebagai ekonomi perilaku saat ini dikaitkan dengannya, Politik, Filsafat dan departemen lainnya.  Ada pendekatan multidisiplin yang memungkinkan banyak disiplin akademis berkorelasi satu sama lain.”

Setelah menggarisbawahi bahwa universitasnya telah menjadi institusi terkemuka di Prancis, Emre kemudian menambahkan, dengan mengatakan: “Sebagian besar universitas di Prancis memiliki banyak mitra internasional mulai dari universitas hingga institusi. Akibatnya, semakin banyak siswa Prancis yang terlibat dalam program pertukaran di mana kita dapat memperoleh kesempatan bersejarah dan menarik untuk mengejar karir yang menjanjikan di masa depan. “Kerjasama internasional dengan sengaja didorong untuk memperkuat saling pengertian di antara universitas. dan membantu meningkatkan kreativitas intelektual mahasiswa.

Ketika ditanya apakah kondisi penduduk Muslim sebagai minoritas di kedua negara maju dapat secara terbuka menjalankan tugas keagamaan mereka, Omar menjawab, “Karena orang-orang Jerman menganggap kepercayaan religius sebagai masalah pribadi biasanya akan ada diskriminasi terhadap wanita yang mengenakan jilbab di depan umum.” Diskriminasi semacam itu mungkin juga diderita oleh umat Islam di Prancis, kata Emre. Kondisi itu agak berbeda dengan Indonesia yang memiliki populasi Muslim terbesar dan dimana mayoritas penduduk muslim hidup dengan damai meski konflik di dalam masyarakatnya dapat meningkat jika tidak dicegah secara efektif. [Aw]