IESTAC membahas Integrasi Keuangan Islam di Universitas Airlangga

November 11, 2017, oleh: superadmin


[su_dropcap]S[/su_dropcap]urabaya—Sejak berdirinya 25 tahun yang lalu, sektor perbankan syariah menjadi perhatian para ilmuwan, praktisi, dan otoritas moneter, menyelidiki secara mendalam tentang setiap aspek perbankan Islam, mulai dari efisiensi, stabilitas dari guncangan internal dan eksternal hingga kontribusinya terhadap sistem keuangan. secara keseluruhan. Meskipun demikian, studi tentang masalah ini tampaknya hanya berfokus pada sisi komersial daripada rekan sosialnya. Dengan latar belakang tersebut, Asosiasi Mahasiswa Ekonomi Islam yang kerap disingkat IESTAC mengadakan kuliah tamu di Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya. Agenda ini diselenggarakan pada tanggal 9 November 2017, sebagai bagian dari kegiatan Program Mobilitas Mahasiswa.
Fikri Maududi, Presiden IESTAC, mengatakan bahwa kuliah tamu dimaksudkan untuk memperkaya pemahaman siswa melalui kunjungan ke universitas atau institusi dimana siswa dapat belajar tentang apa yang tidak dipikirkan di kelas. Dia menambahkan, dengan mengatakan: “Sebagai mahasiswa ekonomi Islam, kita harus secara komprehensif memahami keuangan Islam secara keseluruhan. Jika hanya fokus pada bank syariah, sisi komersial keuangan Islam, oleh karena itu kita cenderung menyangkal bahwa ia memiliki aspek sosial seperti zakat, infaq, shadaqah dan wakaf. Padahal, kedua sisi keuangan Islam tidak bisa dipisahkan. ”
“Agenda ini diselenggarakan bekerja sama dengan Jurusan Ekonomi Islam Universitas Airlangga sejak universitas tersebut memiliki program ekonomi syariah untuk gelar sarjana – disamping gelar pascasarjana dan doktor – yang sama dengan IPIEF UMY. Oleh karena itu, sangat penting saat ini untuk menangani masalah keuangan sosial Islam tidak hanya untuk mendorong diskusi hangat antara kedua universitas tersebut namun juga untuk mendorong siswa melakukan penelitian mengenai tema ini yang jarang dibahas, “kata Susilo Nur Aji Cokro Darsono, M.RDM, dosen IPIEF UMY saat diwawancarai pada (10/11).
Diskusi ini terbagi dalam dua sesi: sesi pertama adalah tentang Baitul Māl wa at-tamwīl (BMT) yang dapat menggabungkan aspek komersial dan sosial Islam ke dalam satu sistem. Namun demikian, BMT harus mengatasi beberapa tantangan baik dari faktor internal maupun eksternal yang mungkin cenderung menghambat pengembangan BMT itu sendiri. Mendukung peran BMT, Dr. Raditya Sukmana, Direktur Program Pascasarjana Ekonomi Islam di Universitas Airlangga, menekankan pada sesi kedua peran penting wakaf sebagai instrumen keuangan sosial Islam. Dia menekankan bahwa wakaf dapat menggunakan banyak bentuk instrumen, tidak hanya tanah, bangunan, atau bahkan masjid, karena mayoritas muslim masih percaya, tapi juga wakaf tunai, wakaf perusahaan, dll. Dengan demikian, sebagai instrumen keuangan Islam, instrumen wakaf bisa diperluas. [Aw]