Berita

Sistem perbankan Islam memiliki perbedaan fundamental dengan sistem konvensional, seperti tidak adanya suku bunga.

Dengan kata lain, dalam sistem perbankan Islam tidak mengenal konsep naik turunnya suku bunga, karena sudah otomatis menjadi nol. Ke depannya, sistem tersebut akan menjadi pilihan utama bahkan mendominasi.

Hal demikian dipaparkan ahli ekonomi Islam termasuk perbankan Islam, Dr H Anwar Abbas MM MAg saat launching Program Magister Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jumat (9/6/2023).

Selain itu melalui live Zoom, Anwar juga menegaskan jika konsep suku bunga merupakan konsep yang tidak berkeadilan dalam melakukan perdagangan.

“Jika suku bunga mengalami kenaikan, maka akan berdampak kepada kenaikan harga barang, yang akan mengakibatkan daya beli masyarakat menurun,” ungkapnya.

Pada akhirnya, lanjut Anwar, hal tersebut akan mengganggu stabilitas ekonomi. Sehingga mengharuskan adanya penurunan suku bunga jika ingin terciptanya stabilitas ekonomi.

Ditambahkan pula oleh Anwar, konsep suku bunga dianggap tidak berkeadilan, sebab hanya menguntungkan salah satu dari dua pihak yang melakukan transaksi, baik itu jual beli maupun peminjaman uang.

Pasalnya, jika suku bunga tinggi, akan lebih menguntungkan penawar dan lebih merugikan yang menawar, begitu pula sebaliknya.

“Maka, saya sangat setuju, jika pemahaman tentang sistem perbankan Islam yang lebih komprehensif menjadi sangat diperlukan. Termasuk melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi,” tegas Anwar yang juga salah satu anggota PP Muhammadiyah periode 2022-2027.

Sementara itu Rektor UMY, Prof Dr Ir Gunawan Budiyanto MP IPM ASEAN Eng menjelaskan, jika dalam konsep keilmuan, seringkali dibutuhkan kepakaran di bidang master.

Sedangkan dalam program pascasarjana, seringkali lebih mengedepankan konsep analisis sebagai bentuk persiapan kualitas sumber daya manusia.

Sumber:

https://www.harianmerapi.com/pendidikan/409089171/program-magister-ekonomi-umy-dilaunching-anwar-abbas-pemahaman-sistem-perbankan-islam-sangat-diperlukan