Empat Dekade Mengabdi untuk Perdamaian Dunia, Habib Chirzin Dikukuhkan sebagai Doktor HC

September 21, 2022, oleh: superadmin

YOGYAKARTA—Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah periode 1986-1989, M. Habib Chirzin mendapat penganugerahan Doktor Honoris Causa dari UIN Sunan Kalijaga atas pengabdiannya sejak 1982 hingga kini dalam urusan pengembangan dan pengarusutamaan nilai-nilai perdamaian.

Kiprah Habib Chirzin dalam urusan perdamaian di dunia internasional tidak bisa sangkal, tercatat lebih dari 90 kali dirinya menyampaikan presentasi makalah dalam seminar, workshop dan konferensi internasional. Terjun dalam urusan perdamaian internasional telah dilakoninya sejak 4 dekade silam. Oleh karena itu sangat pantas M. Habib Chirzin dianugerahi Doktor HC dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Tim penilai dalam proses pengukuhan ini ada Prof. M. Amin Abdullah sekaligus sebagai Promotor, Dr. Achmad Zainal Arifin, sekaligus sebagai Sekretaris, Prof. Euis Nurlaelawati, Prof. Bermawy Munthe, dan Prof. Sangkot Sirait, sebagai Anggota. Pengukuhan Doktor HC kepada M. Habib Chirzin dilakukan pada, Rabu (21/09) di Gedung Prof. RHA. Soenarjo, S.H., atau Convention Hall UIN Sunan Kalijaga.

Promovendus akan menyampaikan pidato ilmiah berjudul, “Wacana Baru Perdamaian dan Perlunya Mengarusutamakan Keamanan Manusia”, dengan kajian menggunakan perspektif Maqashid al-Syari’ah.
Dalam pidato pengukuhannya, Habib menyebut bahwa maqashid al-syari’ah merupakan bingkai dari adanya lintas disiplin. Lintas disiplin ini diperlukan untuk menghadapi dunia pasca perang dingin. Menurutnya, saat ini diperlukan pendekatan baru, sebab pada masa lalu masyarakat berpikir tentang perdamaian sebagai antithesis dari perang.

“Padahal peace itu sekarang ini telah berkembang dan bukan lawan dari war, tapi peacelessness atau ketidakamanan. Karena memang di masa lalu peace dan war itu sangat terkait dengan konsep-konsep negara yang sangat concern terhadap batas-batas dan bagaimana menjaga perbatasan dari invasi negara lain dan lain sebagainya,” ungkapnya.

Paradigma ini yang menurutnya memunculkan berbagai macam perlombaan senjata yang merugikan pembangunan. Habib beralasan karena perlombaan senjata menguras begitu begitu besar energi di dunia. Bahkan mengambil kecerdasan atau otak-otak terbaik di dunia untuk masuk ke dalam sistem perang. Pasca perang dingin, jebolnya Tembok Berlin, dan melumernya Tirani di Uni Soviet maka ancaman manusia kekinian bukan lagi berupa militer. Konflik yang terjadi saat ini justru terjadi bukan antar negara, tetapi ancaman konflik justru dari dalam negara. Konflik masa kini lebih disebabkan karena perbedaan etnik, kemiskinan akut, perubahan iklim dan seterusnya.

Maka jika dulu dalam menciptakan perdamaian ada adagium si vis pacem para bellu, sekarang adagiumnya berubah menjadi si vis pacem para pacem – kalau engkau ingin damai, siaplah untuk damai. Habib menyebut saat ini perdamaian justru bermula dari dalam diri masing-masing manusia. (Repost from muhammadiyah.or.id)